Ibukota – Head of Sustainable Agri PT Nestle Indonesi Syahrudi memaparkan ada peningkatan tren anak muda milenial yang dimaksud berubah jadi peternak sapi di dalam sekitar Jawa Timur.
"Tahun 2010 mengembangkan sapi perah di dalam Ponorogo juga alhamdulillah kalau ketika ini untuk Ponorogo kita dapat menyatakan 30-40 persen itu anak muda, umur 30-an," kata Rudi pada pemaparan tentang peternakan rakyat pada Malang, Jawa Timur, Selasa (11/2).
Rudi memaparkan di pemberian edukasi, anak muda lebih banyak simpel menerima serta mengubah mindset daripada peternak senior. Ini adalah dikarenakan mereka itu meninjau pekerjaan yang dimaksud sanggup dikerjakan dengan logika sehingga pengembangan bidang usaha bisa jadi lebih tinggi mudah-mudahan dilakukan.
Ia ingin perniagaan peternakan sapi perah semakin diminati anak muda oleh sebab itu seharusnya usaha ini bisa saja menyenangkan serta sanggup memunculkan ide perniagaan lainnya untuk menyokong usaha sapi perah misalnya suplai pakan atau kesehatan.
"Apalagi mungkin saja yang mana tadi Gen Z-nya yang tersebut mungkin saja nggak begitu senang jadi karyawan tapi senangnya jadi pengusaha. Mereka meninjau semua kesempatan itu. Tapi tinggal sekarang kita bagaimana mengawasi atau menggalang bidang usaha ini berubah jadi bukanlah hanya sekali logis bagi mereka itu tapi punya berbagai akses yang dimaksud mempermudah bisnis itu," kata Rudi.
Rudi memaparkan apabila anak muda ingin berubah jadi peternak sapi, setidaknya harus tahu cara menyayangi sapi dengan memenuhi kebutuhannya lalu tidak belaka berternak untuk keuntungan semata.
Salah satu contoh peternak muda yang tersebut mengembangkan peternakan sapi menjadi lebih tinggi berkualitas adalah Widi Ilham Budiman. Pria berusia 27 tahun ini membantu menjalankan peternakan sapi perah milik sang ayah, Gatot Laksono di dalam Dusun Suruhgalih, Purwodadi, Jawa Timur, serta menerapkan ilmu yang tersebut ia dapat dari jurusan peternakan Universitas Islam Malang untuk memperbaiki manajemen pemberian pakan sapi agar hasil susunya berkualitas.
"Senang kan bisa jadi jadi contoh untuk peternak muda yang tersebut akan datang, suka sharing juga tentang manajemen peternakan sapi," kata Widi ketika ditemui awak media di peternakan sapi Pak Gatot Laksono, Rabu.
Ia yang awalnya hanya sekali membantu membersihkan rumah serta memberi makan sapi mengamati apabila sapi diberi makan serta minum seadanya maka kualitas susu yang akan dikeluarkan juga sangat sedikit serta kurang baik.
Maka itu ia mendalami ilmu tentang peternakan sehingga mampu mengembangkan peternakan sapi milik ayahnya agar pakan sapi terjaga kualitasnya.
Seperti memberikan makan sesuai dengan bobot berat sapi, memberi tambahan konsentrat pada rumput yang diberikan agar hasil perahan lebih besar maksimal serta mengutamakan rumput odot akibat minim komposisi air serta lebih lanjut mengenyangkan untuk sapi.
"Penting pakan rumput lalu air selalu ada, jadi setiap merekan mau makan ada, tiada dijatah, dulu dijatah cuma 2 kali sehari. Produksi susu 15 liter sanggup sampai 20-25 liter per ekor jikalau beranak," katanya.
Sementara itu Rudi menjelaskan edukasi secara konsentris merupakan tantangan di melakukan inovasi pada peternak lokal. Selain itu, dukungan juga tak belaka diperlukan diberikan secara finansial tapi juga pendampingan serta pendekatan terus menerus.
Artikel ini disadur dari Ada tren peningkatan peternak milenial kembangkan kualitas sapi perah