Perkotaan Gaza, Palestina/Ankara – Rumah Sakit Ash-Shifa yang digunakan telah terjadi mengalami kecacatan hebat akibat serangan tanah Israel di dalam Jalur Gaza, sekarang ini kesulitan melayani pasien lalu warga Palestina yang dimaksud terluka ke Daerah Gaza City, menyusul serangan udara negeri Israel terhadap RS Al-Ahli Baptist, demikian disampaikan direktur rumah sakit pada Awal Minggu (14/4).
Sebuah jet tempur negeri Israel menembakkan dua rudal ke RS Baptist pada Hari Minggu (13/4), menghancurkan satu-satunya rumah sakit yang dimaksud sebelumnya masih berfungsi penuh.
Serangan yang dimaksud merobohkan prasarana RS lalu membuatnya tidak ada lagi dapat beroperasi. Rumah sakit yang dimaksud sebelumnya melayani lebih lanjut dari satu jt warga Palestina ke Wilayah Gaza utara.
“Rumah Sakit Al-Shifa pada waktu ini cuma beroperasi dengan kapasitas kurang dari 25 persen,” kata Mohammad Abu Salmiya terhadap kantor berita Anadolu.
“Meski kemampuannya terbatas, Al-Shifa pada saat ini berubah menjadi sarana utama yang mana menerima pasien luka lalu sakit pasca tanah Israel membombardir Rumah Sakit Baptist,” tambahnya.
Rumah Sakit Ash-Shifa sendiri mengalami kecacatan besar pasca serangan mematikan dari pasukan tanah Israel pada Maret 2024, pada sedang gempuran militer di dalam wilayah utara Gaza.
Abu Salmiya menyebutkan bahwa masih ada dua rumah sakit lain pada Wilayah Gaza selatan yang masih beroperasi, yakni RS Al-Quds serta RS Periode Sabit Merah.
“Namun kapasitas mereka itu sangat terbatas serta tak mampu menampung jumlah total orang yang terdampar luka kemudian pasien sakit yang terus berdatangan,” ujarnya.
Militer negara Israel secara sistematis telah terjadi menyerang infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit serta sekolah, di peperangan genosida yang dimaksud sedang berlangsung di dalam Jalur Gaza.
Tentara tanah Israel juga kembali melancarkan serangan mematikan dalam Daerah Gaza pada 18 Maret lalu, mematahkan kesepakatan gencatan senjata juga pertukaran tahanan yang digunakan sempat berlaku sejak Januari.
Hingga kini, hampir 51.000 warga Palestina — sebagian besar perempuan kemudian anak-anak — sudah pernah tewas di gempuran brutal negeri Israel sejak Oktober 2023.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) sudah pernah mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November kemudian terhadap pemimpin otoritas negeri Israel Benjamin Netanyahu dan juga mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, melawan tuduhan kejahatan pertempuran kemudian kejahatan terhadap kemanusiaan ke Gaza.
Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di dalam Mahkamah Internasional (ICJ) menghadapi peperangan yang mana dilancarkannya pada wilayah kantong tersebut.
Sumber: Anadolu
Artikel ini disadur dari RS Asshifa kewalahan merawat pasien seusai penghancuran oleh Israel